Persahabatan: Oman U-19 1-2 Indonesia U-19

Dengan tampilan kepala plontos Timnas U-19 Indonesia balas kekalahan 1-2 dari Oman U-19 di pertemuan pertama dengan skor yang sama 2-1.

UEFA Champions League Semifinal: Atletico Madrid 0-0 Chelsea

Chelsea bermain imbang dengan tuan rumah atletico madrid di semifinal Liga Champions Eropa, langkah ini memudahkan anak asuh jose mourinho karna Leg kedua akan berlangsung di Stamford Bridge.

Indonesia ajukan bebas visa ke jepang

Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza menyampaikan permohonan kepada Perdana Menteri Jepang Abe tentang pembebasan visa bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan berkunjung ke Jepang.

Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma Kampus E

AYO BELAJAR ONLINE!

Pelajari penggunaan internet sehat.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Organisasi dan Manajemen Koperasi


Bentuk Organisasi menurut Hanel, Ropke, dan di Indonesia
Menurut Hanel :
 Suatu sistem sosial ekonomi atau sosial tehnik yang terbuka dan berorientasi pada tujuan
Sub sistem koperasi :
Ø  individu (pemilik dan konsumen akhir)
Ø  Pengusaha Perorangan/kelompok ( pemasok /supplier)
Ø  Badan Usaha yang melayani anggota dan masyarakat
Menurut Ropke :
 Identifikasi Ciri Khusus:
Ø  Kumpulan sejumlah individu dengan tujuan yang sama (kelompok koperasi)
Ø  Kelompok usaha untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi (swadaya kelompok koperasi)
Ø  Pemanfaatan koperasi secara bersama oleh anggota (perusahaan koperasi)
Ø  Koperasi bertugas untuk menunjang kebutuhan para anggotanya (penyediaan barang dan jasa)
• Sub sistem
Ø  Anggota Koperasi
Ø  Badan Usaha Koperasi
Ø  Organisasi Koperasi
Di Indonesia :
Bentuk : Rapat Anggota, Pengurus, Pengelola dan Pengawas
Rapat Anggota,
Wadah anggota untuk mengambil keputusan
Pemegang Kekuasaan Tertinggi, dengan tugas :
Ø  Penetapan Anggaran Dasar
Ø  Kebijaksanaan Umum (manajemen, organisasi & usaha koperasi)
Ø  Pemilihan, pengangkatan & pemberhentian pengurus
Ø  Rencana Kerja, Rencana Budget dan Pendapatan sertapengesahan Laporan Keuangan
Ø  Pengesahan pertanggung jawaban
Ø  Pembagian SHU
Ø  Penggabungan, pendirian dan peleburan
Hirarki Tanggung Jawab :
[Pengurus] seseorang yang bertugas: Mengelola koperasi dan usahanya, Mengajukan rancangan Rencana kerja, budget dan belanja koperasi, Menyelenggaran Rapat Anggota, Mengajukan laporan keuangan & pertanggung jawaban, Maintenance daftar anggota dan pengurus, Wewenang, Mewakili koperasi di dalam & luar pengadilan, Meningkatkan peran koperasi
[Pengelola] Pengelola adalah Karyawan / Pegawai yang diberikan kuasa & wewenang oleh pengurus untuk mengembangkan usaha dengan efisien & professional, Hubungannya dengan pengurus bersifat kontrak kerja, dan dapat diangkat serta diberhentikan oleh pengurus
[Pengawas] Pengawas adalah Perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya organisasi & usaha koperasi
UU 25 Th. 1992 pasal 39:
Ø  Bertugas untuk melakukan pengawasan kebijakan dan pengelolaan koperasi
Ø  Berwenang untuk meneliti catatan yang ada & mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
Pola manajemen koperasi :
Pengertian Manajemen Koperasi
Manajemen Koperasi adalah suatu proses untuk mencapai tujuan melalui usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.Untuk mencapai tujuan Koperasi, perlu diperhatikan adanya sistim Manajemen yang baik, agar tujuannya berhasil, yaitu dengan diterapkannya fungsi-fungsi Manajemen.
Fungsi-fungsi Manajemen menurut G Terry:
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasian)
c. Actuating (Penggerakan untuk bekerja)
d. Controlling (Pengawasan/Pengendalian)
Implementasi Fungsi Manajemen Koperasi: Perangkat organisasi koperasi ada (3) bagian: -Rapat Anggota -Pengurus -Pengawas
A. Rapat Anggota
Tugas dan wewenang Rapat Anggota :
- Membahas dan mengesahkan pertanggung jawaban Pengurus dan Pengawas untuk tahun buku yang bersangkutan.
- Membahas dan mengesahkan Rencana Kerja dan RAPB tahun buku berikutnya.
- Membahas dan menetapkan AD, ART dan atau Pembubaran Koperasi.
- Memilih dan memberhentikan Pengurus dan Pengawas.
- Menetapkan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU).

B. Pengurus
Jumlah Pengurus sekurang-kurangnya tiga orang yang terdiri dari :
- Unsur Ketua
- Unsur Sekretaris
- Unsur Bendahara
C. Pengawas
a) Jumlah Pengawas sekurang-kurangnya tiga orang atau sesuai dengan AD Koperasi.
b) Unsur Pengawas terdiri dari :
- Ketua merangkap anggota,
- Sekretaris merangkap anggota dan
- Anggota

Sumber :

Pengertian, Tujuan, & Prinsip Prinsip Koperasi


Koperasi adalah badan hukum yang berdasarkan atas asas kekeluargaan yang anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum dengan tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usahaatau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian laba berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota. Selain pengertian di atas, terdapat beberapa pengertian menurut para ahli, organisasi, dan menurut undang undang dasar diantaranya adalah sebagai berikut :
1.  Definisi menurut ILO (International Labour Organization)
Menurut ILO di dalam definisi koperasi terdapat 6 elemen yaitu :
·         Koperasi adalah perkumpulan orang-orang
·         Penggabungan orang-orang berdasarkan kesukarelaan
·         Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai
·         Koperasi berbentuk organisasi bisnis yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis
·         Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan Anggota koperasi menerima resiko

2. Definisi menurut Arifinal Chaniago
Koperasi sebagai suatu perkumpulan  yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
      3.  Definisi menurut P.J.V. Dooren
There is no single definition (for coopertive) which is generally accepted, but the common principle is that cooperative union is an association of member, either personal or corporate, which have voluntarily come together in pursuit of a common economic objective. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti ”Tidak ada definisi tunggal (untuk coopertive) yang umumnya diterima, tetapi prinsip yang umum menjelaskan bahwa serikat koperasi adalah sebuah asosiasi anggota, baik pribadi atau perusahaan, yang telah secara sukarela datang bersama-sama dalam mengejar tujuan ekonomi umum”.
                       4.  Definisi menurut Hatta ( Bapak Koperasi Indonesia )
Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki  nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat seorang’ .
                      5.      Definisi menurut Munkner
Koperasi sebagai organisasi tolong menolong yang menjalankan ‘urusniaga’ secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotong royong .
                     6. Definisi menurut UU No. 25 / 1992
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.   Dari beberapa pengertian diatas sehingga dapat kami simpulkan, bahwa Koperasi adalah suatu perkumpulan orang orang atau badan hukum yang tujuannya untuk kesejahteraan bersama dan didalam perkumpulan tersebut mengandung azas kekeluargaan yang saling bergotong royong dan tolong menolong diantara anggota koperasi.
Tujuan koperasi :
·         Memaksimumkan keuntugan (Maximize profit)
·         Memaksimumkan nilai perusahaan (Maximize the value of the firm)
·         Memaksimumkan biaya (minimize profit)
 Tujuan koperasi sebagai perusahaan atau badan usaha tidaklah semata-semata hanya  pada orientasi laba (profit oriented), melainkan juga pada orientasi manfaat  (benefit oriented). Karena itu, dalam banyak kasus koperasi, nmanajemen koperasi tidak mengejar keuntungan sebgai tujuan perusahaan karena mereka bekerja didasari dengan pelayanan (service at cost). Untuk koperasi diindonesia, tujuan badan usaha koperasi adaalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (UU No. 25/1992 pasal 3).
Prinsip prinsip koperasi:
Prinsip Munker
Ø  Keanggotaan bersifat sukarela
Ø  Keanggotaan terbuka
Ø  Pengembangan anggota
Ø  Identitas sebagai pemilik dan pelanggan
Ø  Manajemen dan pengawasan dilaksanakan scr demokratis
Ø  Koperasi sebagai kumpulan orang-orang
Ø  Modal yang berkaitan dengan aspek sosial tidak dibagi
Ø  Efisiensi ekonomi dari perusahaan  koperasi
Ø  Perkumpulan dengan sukarela
Ø  Kebebasan dalam pengambilan keputusan dan penetapan tujuan
Ø  Pendistribusian yang adil dan merata akan hasil-hasil ekonomi
Ø  Pendidikan anggota
 Prinsip Rochdale
Ø  Pengawasan secara demokratis
Ø  Keanggotaan yang terbuka
Ø  Bunga atas modal dibatasi
Ø  Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota sebanding dengan jasa masing-masing anggota
Ø  Penjualan sepenuhnya dengan tunai
Ø  Barang-barang yang dijual harus asli dan tidak yang dipalsukan
Ø  Menyelenggarakan pendidikan kepada anggota dengan prinsip-prinsip anggota
Ø  Netral terhadap politik dan agama
Prinsip Raiffeisen
Ø  Swadaya
Ø  Daerah kerja terbatas
Ø  SHU untuk cadangan
Ø  Tanggung jawab anggota tidak terbatas
Ø  Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan
Ø  Usaha hanya kepada anggota
Ø  Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang
Prinsip Schulze
Ø  Swadaya
Ø  Daerah kerja tak terbatas
Ø  SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota
Ø  Tanggung jawab anggota terbatas
Ø  Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan
Ø  Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota
Prinsip ICA (International Cooperative Allience)
Ø  Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan  yang dibuat-buat
Ø  Kepemimpinan yang demokratis atas dasar satu orang satu suara
Ø  Modal menerima bunga yang terbatas (bila ada)
Ø  SHU dibagi 3 : cadangan, masyarakat, ke anggota sesuai dengan jasa masing-masing
Ø  Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus menerus
Ø  Gerakan koperasi harus melaksanakan kerjasama yang erat, baik ditingkat regional, nasional maupun internasional
Prinsip Koperasi Indonesia versi UU No. 12 tahun 1967
Ø  Sifat keanggotaan sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia
Ø  Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi  sebagai pemimpin demokrasi dalam koperasi
Ø  Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota
Ø  Adanya pembatasan bunga atas modal
Ø  Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya
Ø  Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka
Ø  Swadaya, swakarta dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar percaya pada diri sendiri
Prinsip Koperasi Indonesia versi UU No. 25/1992
Ø  Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Ø  Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Ø  Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota
Ø  Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Ø  Kemandirian
Ø  Pendidikan perkoperasian
Ø  Kerjasama antar koperasi
Sumber:

Jumat, 19 Oktober 2012

Konsep, Aliran, dan Sejarah Koperasi


Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarka (seorang untuk semua dan semua untuk satu).
Tujuan utama Koperasi Indonesia adalah mengembangkan kesejahteraan anggota, pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Koperasi Indonesia adalah perkumpulan orang-orang, bukan perkumpulan modal sehingga laba bukan merupakan ukuran utama kesejahteraan anggota. Manfaat yang diterima anggota lebih diutamakan daripada laba. Meskipun demikian harus diusahakan agar koperasi tidak menderita rugi. Tujuan ini dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan pada masing-masing anggota. Selain itu tujuan utama lainnya adalah mewujudkan masyarakat adil makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
“Keanggotaan Koperasi Indonesia bersifat sukarela dan didasarkan atas kepentingan bersama sebagai pelaku ekonomi. Melalui koperasi, para anggota ikut, secara aktif memperbaiki kehidupannya dan kehidupan masyarakat melalui karya dan jasa yang disumbangkan. Dalam usahanya, koperasi akan lebih menekankan pada pelayanan terhadap kepentingan anggota, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kegiatan koperasi akan lebih banyak dilakukan kepada anggota dibandingkan dengan pihak luar. Oleh karena itu, anggota dalam koperasi, bertindak sebagai pemilik sekaligus pelanggan.”
 Beberapa konsep koperasi diantaranya adalah:
1. Konsep koperasi barat.
Yaitu merupakan organisasi ekonomi, yang dibentuk secara sukarela oleh orang-orang yang mempunyai kesamaan kepentingan, dengan maksud mengurusi kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan timbale balik bagi anggota koperasi maupun perusahaan koperasi
2. Konsep koperasi sosialis
Yaitu koperasi direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah dan dibentuk dengan tujuan merasionalkan produksi, untuk menunjang perencanaan nasional.
Menurut koperasi ini, koperasi tidak berdiri sendiri tetapi merupakan subsistem dari system sosialisme untuk mencapai tujuan-tujuan system sosialis komunis.
3. Konsep koperasi Negara berkembang
Yaitu koperasi sudah berkembang dengan cirri tersendiri, yaitu dominasi campur tangan pemerintah dalam pembionaan dan pengembangannya.
Perbedaan ideologi suatu bangsa akan mengakibatkan perbedaan sistem perekonomiannya dan tentunya aliran koperasi yang dianutpun akan berbeda. Sebaliknya, setiap sistem perekonomian suatu bangsa juga akan menjiwai ideologi bangsanya dan aliran koperasinya pun akan menjiwai sistem perekonomian dan ideologi bangsa tersebut.
Aliran Koperasi
Secara umum aliran koperasi yang dianut oleh pelbagai negara di dunia dapat dikelompokan berdasarkan peran gerakan koperasi dalam system perekonomian dan hubungnnya dengan pemerintah. Paul Hubert Casselman membaginya menjadi 3 aliran.
· Aliran Yardstick
· Aliran Sosialis
· Aliran Persemakmuran (Commonwealth)
Aliran Yardstick
Aliran ini pada umumnya dijumpai pada negara-negara yang berideologi kapitalis atau yang menganut system perekonomian liberal. Menurut aliran ini, koperasi dapat menjadi kekuatan untuk mengimbangi, menetralisasikan, dan mengoreksi berbagai keburukan yang ditimbulkan oleh system kapitalisme. Walaupun demikian, aliran ini menyadari bahwa organisasi koperasi sebenarnya kurang berperan penting dalam masyarakat, khususnya dalam system dan struktur perekonomiannya. Pengaruh aliran ini cukup kuat, terutama di negara-negara barat dimana industri berkembnag dengan pesat dibawah system kapitalisme.
Aliran Sosialis
Menurut aliran ini koperasi dipandang sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, di samping itu menyatukan rakyat lebih mudah melalui organisasi koperasi. Pengaruh aliran ini banyak dijumpai di negara-negara Eropa Timur dan Rusia.
Aliran persemakmuran
Aliran persemakmuran (Comminwealth) memandang koperasi sebagai alat yang efisien dan efektif dalam meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat.
Sejarah perkembangan koperasi
Koperasi modern yang berkembang dewasa ini lahir pertama kali di Inggris, yaitu di Kota Rochdale pada tahun 1844. Koperasi timbul pada masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat revolusi industri. Pada awalnya, Koperasi Rochdale berdiri dengan usaha penyediaan barang-barang konsumsi untuk keperluan sehari-hari. Akan tetapi seiring dengan terjadinya pemupukan modal koperasi, koperasi mulai merintis untuk memproduksi sendiri barang yang akan dijual.
Kegiatan ini menimbulkan kesempatan kerja bagi anggota yang belum bekerja dan menambah pendapatan bagi mereka yang sudah bekerja. Pada tahun 1851, koperasi tersebut akhirnya dapat mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan perumahan bagi anggota-anggotanya yang belum mempunyai rumah.
Perkembangan koperasi di Rochdale sangat memengaruhi perkembangan gerakan koperasi di Inggris maupun di luar Inggris. Pada tahun 1852, jumlah koperasi di Inggris sudah mencapai 100 unit. Pada tahun 1862, dibentuklah Pusat Koperasi Pembelian dengan nama The Cooperative Whole Sale Society (CWS). Pada tahun 1945, CWS berhasil mempunyai lebih kurang 200 pabrik dengan 9.000 orang pekerja. Melihat perkembangan usaha koperasi baik di sektor produksi maupun di sektor perdagangan, pimpinan CWS kemudian membuka perwakilan-perwakilan di luar negeri seperti New York, Kepenhagen, Hamburg, dan lain-lain.
Pada tahun 1876, koperasi ini telah melakukan ekspansi usaha di bidang transportasi, perbankan, dan asuransi. Pada tahun 1870, koperasi tersebut juga membuka usaha di bidang penerbitan, berupa surat kabar yang terbit dengan nama Cooperative News.
Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia di samping badan usaha lainnya. Setengah abad setelah pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan berkembangnya koperasi di berbagai negara, para pelopor koperasi sepakat untuk membentuk International Cooperative Alliance (ICA-Persekutuan Koperasi Internasional) dalam Kongres Koperasi Internasional yang pertama pada tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA, maka koperasi telah menjadi suatu gerakan internasional.
Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Hingga saat ini kepedulian pemerintah terhadap keberadaan koperasi nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus menangani pembinaan dan pengembangan koperasi.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:
1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan penerangan dan   penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.

Sumber :

Kamis, 28 Juni 2012

History Of FIFA World Cup


The FIFA World Cup, often simply the World Cup, is an international association football competition contested by the senior men's national teams of the members of Fédération Internationale de Football Association (FIFA), the sport's global governing body. The championship has been awarded every four years since the inaugural tournament in 1930, except in 1942 and 1946 when it was not held because of the Second World War. The current champions are Spain, who won the 2010 tournament.
The current format of the tournament involves 32 teams competing for the title at venues within the host nation(s) over a period of about a month; this phase is often called the World Cup Finals. A qualification phase, which currently takes place over the preceding three years, is used to determine which teams qualify for the tournament together with the host nation(s).
The 19 World Cup tournaments have been won by eight different national teams. Brazil have won five times, and they are the only team to have played in every tournament. The other World Cup winners are Italy, with four titles; Germany, with three titles; Argentina and inaugural winners Uruguay, with two titles each; and England, France, and Spain, with one title each.
The World Cup is the world's most widely viewed sporting event; an estimated 715.1 million people watched the final match of the 2006 FIFA World Cup held in Germany.[1]
The next three World Cups will be hosted by Brazil in 2014, Russia in 2018, and Qatar in 2022.
The world's first international football match was a challenge match played in Glasgow in 1872 between Scotland and England,[2] which ended in a 0–0 draw. The first international tournament, the inaugural edition of the British Home Championship, took place in 1884.[3] As football grew in popularity in other parts of the world at the turn of the 20th century, it was held as a demonstration sport with no medals awarded at the 1900 and 1904 Summer Olympics (however, the IOC has retroactively upgraded their status to official events), and at the 1906 Intercalated Games.[4]
After FIFA was founded in 1904, it tried to arrange an international football tournament between nations outside the Olympic framework in Switzerland in 1906. These were very early days for international football, and the official history of FIFA describes the competition as having been a failure.[5]
At the 1908 Summer Olympics in London, football became an official competition. Planned by The Football Association (FA), England's football governing body, the event was for amateur players only and was regarded suspiciously as a show rather than a competition. Great Britain (represented by the England national amateur football team) won the gold medals. They repeated the feat in 1912 in Stockholm.
With the Olympic event continuing to be contested only between amateur teams, Sir Thomas Lipton organised the Sir Thomas Lipton Trophy tournament in Turin in 1909. The Lipton tournament was a championship between individual clubs (not national teams) from different nations, each one of which represented an entire nation. The competition is sometimes described as The First World Cup,[6] and featured the most prestigious professional club sides from Italy, Germany and Switzerland, but the FA of England refused to be associated with the competition and declined the offer to send a professional team. Lipton invited West Auckland, an amateur side from County Durham, to represent England instead. West Auckland won the tournament and returned in 1911 to successfully defend their title.
In 1914, FIFA agreed to recognise the Olympic tournament as a "world football championship for amateurs", and took responsibility for managing the event.[7] This paved the way for the world's first intercontinental football competition, at the 1920 Summer Olympics, contested by Egypt and thirteen European teams, and won by Belgium.[8] Uruguay won the next two Olympic football tournaments in 1924 and 1928. Those were also the first two open world championships, as 1924 was the start of FIFA's professional era.
Estadio Centenario, the location of the first World Cup final in 1930 in Montevideo, Uruguay
Due to the success of the Olympic football tournaments, FIFA, with President Jules Rimet the driving force, again started looking at staging its own international tournament outside of the Olympics. On 28 May 1928, the FIFA Congress in Amsterdam decided to stage a world championship itself.[9] With Uruguay now two-time official football world champions and to celebrate their centenary of independence in 1930, FIFA named Uruguay as the host country of the inaugural World Cup tournament.
The national associations of selected nations were invited to send a team, but the choice of Uruguay as a venue for the competition meant a long and costly trip across the Atlantic Ocean for European sides. Indeed, no European country pledged to send a team until two months before the start of the competition. Rimet eventually persuaded teams from Belgium, France, Romania, and Yugoslavia to make the trip. In total thirteen nations took part: seven from South America, four from Europe and two from North America.
The first two World Cup matches took place simultaneously on 13 July 1930, and were won by France and USA, who defeated Mexico 4–1 and Belgium 3–0 respectively. The first goal in World Cup history was scored by Lucien Laurent of France.[10] In the final, Uruguay defeated Argentina 4–2 in front of a crowd of 93,000 people in Montevideo, and in doing so became the first nation to win the World Cup.[11]
After the creation of the World Cup, the 1932 Summer Olympics, held in Los Angeles, did not plan to include football as part of the schedule due to the low popularity of the sport in the United States, as American football had been growing in popularity. FIFA and the IOC also disagreed over the status of amateur players, and so football was dropped from the Games.[12] Olympic football returned at the 1936 Summer Olympics, but was now overshadowed by the more prestigious World Cup.
The issues facing the early World Cup tournaments were the difficulties of intercontinental travel, and war. Few South American teams were willing to travel to Europe for the 1934 and 1938 tournaments, with Brazil the only South American team to compete in both. The 1942 and 1946 competitions, which Nazi Germany and Brazil sought to host,[13] were cancelled due to World War II and its aftermath.
In the tournaments between 1934 and 1978, 16 teams competed in each tournament, except in 1938, when Austria was absorbed into Germany after qualifying, leaving the tournament with 15 teams, and in 1950, when India, Scotland and Turkey withdrew, leaving the tournament with 13 teams.[16] Most of the participating nations were from Europe and South America, with a small minority from North America, Africa, Asia and Oceania. These teams were usually defeated easily by the European and South American teams. Until 1982, the only teams from outside Europe and South America to advance out of the first round were: USA, semi-finalists in 1930; Cuba, quarter-finalists in 1938; Korea DPR, quarter-finalists in 1966; and Mexico, quarter-finalists in 1970
Expansion to 32 teams
The tournament was expanded to 24 teams in 1982,[17] and then to 32 in 1998,[18] also allowing more teams from Africa, Asia and North America to take part. Since then, teams from these regions have enjoyed more success, with several having reached the quarter-finals: Mexico, quarter-finalists in 1986; Cameroon, quarter-finalists in 1990; Korea Republic, finishing in fourth place in 2002; Senegal, along with USA, both quarter-finalists in 2002; and Ghana as quarter-finalists in 2010. Nevertheless, European and South American teams continue to dominate, e.g., the quarter-finalists in 1994, 1998 and 2006 were all from Europe or South America.
Two hundred teams entered the 2002 FIFA World Cup qualification rounds; 198 nations attempted to qualify for the 2006 FIFA World Cup, while a record 204 countries entered qualification for the 2010 FIFA World Cup.[19]
An equivalent tournament for women's football, the FIFA Women's World Cup, was first held in 1991 in the People's Republic of China.[20] The women's tournament is smaller in scale and profile than the men's, but is growing; the number of entrants for the 2007 tournament was 120, more than double that of 1991.
Football has been included in every Summer Olympic Games except 1896 and 1932. Unlike many other sports, the men's football tournament at the Olympics is not a top-level tournament, and since 1992, an under-23 tournament with each team allowed three over-age players.[21] Women's football made its Olympic debut in 1996, and is contested between full national sides with no age restrictions.
The FIFA Confederations Cup is a tournament held one year before the World Cup at the World Cup host nation(s) as a dress-rehearsal for the upcoming World Cup. It is contested by the winners of each of the six FIFA confederation championships, along with the FIFA World Cup champion and the host country.[22]
FIFA also organises international tournaments for youth football (FIFA U-20 World Cup, FIFA U-17 World Cup, FIFA U-20 Women's World Cup, FIFA U-17 Women's World Cup), club football (FIFA Club World Cup), and football variants such as futsal (FIFA Futsal World Cup) and beach soccer (FIFA Beach Soccer World Cup).

Source : Wikipedia

French Revolution History


The French Revolution of 1830, also known as the July Revolution, Second French Revolution or Trois Glorieuses in French, saw the overthrow of King Charles X, the French Bourbon monarch, and the ascent of his cousin Louis-Philippe, Duke of Orléans, who himself, after 18 precarious years on the throne, would in turn be overthrown. It marked the shift from one constitutional monarchy, the Bourbon Restoration, to another, the July Monarchy; the transition of power from the House of Bourbon to its cadet branch, the House of Orléans; and the substitution of the principle of popular sovereignty for hereditary right. Supporters of the Bourbon would be called Legitimists, and supporters of Louis Philippe Orléanists.
On 16 September 1824, Charles X ascended to the throne of France. He was the younger brother of Louis XVIII, who, upon the defeat of Napoleon I, and by agreement of the Allied powers, had been installed as King of France. The fact that both Louis and Charles ruled by hereditary right rather than popular consent was the first of two triggers for Les Trois Glorieuses, the "Three Glorious Days" of the July Revolution.
Upon the abdication of Napoleon in 1814, continental Europe, and France in particular, was in a state of disarray. The Congress of Vienna met to redraw the continent's political map. Although there were many European countries attending the congress, there were four major powers that controlled the decision making: United Kingdom, represented by her foreign secretary Viscount Castlereagh; Austria, represented by the chief minister (and chairman of the congress) Klemens, Fürst von Metternich; Russia, represented by Emperor Alexander I; and Prussia, represented by King Frederick William III. Another very influential person at the Congress was Charles Maurice de Talleyrand, a French diplomat under Napoleon. Although France was considered an enemy state, Talleyrand was allowed to attend the Congress because he claimed that he had only cooperated with Napoleon under duress.
Talleyrand proposed that Europe be restored to its "legitimate" (i.e. pre-Napoleon) borders and governments; a plan that, with some changes, was accepted by members of the Congress. France returned to its 1789 borders and the House of Bourbon, deposed by the Revolution, was restored to the throne. In the eyes of the Congress, the political situation in France and Europe was now back to normal. However, the new king, Louis XVIII, knew that ideas of nationalism and democracy still lingered in his country; hence the establishment and signing of the Charte constitutionnelle française, the French Constitution otherwise known as La Charte. A document both liberal and monarchical, La Charte was the second trigger of the July Revolution.
On September 16, 1824, after a lingering illness of several months, the 69-year-old Louis XVIII died childless. Therefore his younger brother, Charles, aged 66, inherited the throne of France. On 27 September Charles X as he was now known, made his state entry into Paris to popular acclaim. During the ceremony, while presenting the King the keys to the city, the comte de Chabrol, Prefect of the Seine, declared: "Proud to possess its new king, Paris can aspire to become the queen of cities by its magnificence, as its people aspire to be foremost in its fidelity, its devotion, and its love."[1]
But eight months later, the mood of the capital had sharply worsened in its opinion of the new king. The causes of this dramatic shift in public opinion were many, but the main two were:
The imposition of the death penalty for anyone profaning the Host of the Catholic Church (see Anti-Sacrilege Act).
The provisions for financial indemnities for properties confiscated by the 1789 Revolution and the First Empire of Napoleon. These indemnities to be paid to any one, whether noble or non-noble, who had been declared "enemies of the Revolution".
Critics of the first accused the king and his new ministry of pandering to the Catholic Church, and by so doing violating guarantees of equality of religious belief as specified in La Charte.
The second matter, that of financial indemnities, was far more opportunistic than the first. This was because since the restoration of the monarchy, there had been demands from all groups to settle matters of property ownership; to reduce, if not eliminate, the uncertainties in the real estate market[2] both in Paris and in France. But liberal opponents, many of whom were frustrated Bonapartists, began a whispering campaign that Charles X was only proposing this in order to shame those who had not emigrated. Both measures, they claimed, were nothing more than clever subterfuge meant to bring about the destruction of La Charte.
Up to this time, thanks to the popularity of the Charte constitutionnelle and the Chamber of Deputies with the people of Paris, the king's relationship with the élite – both of the right and left – had remained solid. This, too, was about to change. On 12 April, propelled by both genuine conviction and the spirit of independence, the Chamber of Deputies roundly rejected the government's proposal to change the inheritance laws. The popular leftist newspaper Le Constitutionnel pronounced this refusal "a victory over the forces of counter-revolutionaries and reactionism"[3]
The popularity of both the Chamber of Peers and the Chamber of Deputies skyrocketed, and the popularity of the king and his ministry dropped. This became unmistakable when on 16 April 1827, while reviewing the Garde Royale in the Champ de Mars, the king was greeted with icy silence, many of the spectators refusing even to remove their hats. Charles X "later told [his cousin] Orléans that, 'although most people present were not too hostile, some looked at times with terrible expressions'."[4]
Because of what it perceived to be growing, relentless, and increasingly vitriolic criticism of both the government and the Church, the government of Charles X introduced into the Chamber of Deputies a proposal for a law tightening censorship, especially in regard to the newspapers. The Chamber, for its part, objected so violently that the humiliated government had no choice but to withdraw its proposals.
On 18 March 1830, the liberal majority in the Chamber of Deputies made the Address of the 221 (motion of no confidence) against the king and Polignac's ministry. The following day, Charles dissolved parliament, and then alarmed Liberals by delaying elections for two months. During this time, the liberals championed the '221' as popular heroes, whilst the government struggled to gain support across the country as prefects were shuffled around the departments of France. The elections that followed return an overwhelming Liberal majority, thus defeating the government. This came after another event: on the grounds that it had behaved in an offensive manner towards the crown, on 30 April the king abruptly dissolved the National Guard of Paris, a voluntary group of citizens and an ever reliable conduit between the monarchy and the people. Cooler heads were appalled: "[I] would rather have my head cut off", wrote a noble from the Rhineland upon hearing the news, "than have counseled such an act: the only further measure needed to cause a revolution is censorship."
That came in July 1830 when, on Sunday, 25 July Charles X signed the July Ordinances, also known as "The Ordinances of Saint-Cloud". On Monday 26 July, they were published in the leading conservative newspaper in Paris, Le Moniteur. On Tuesday 27 July, the revolution began in earnest Les trois journées de juillet, and the end of the Bourbon monarchy.

Nilai Kehidupan


Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Si Pitung


Pada jaman penjajahan belanda dahulu, di daerah Jakarta (dahulu Batavia) hiduplah seorang pria gagah yang bernama si Pitung. Dia lahir dari pasangan suami istri yang bernama pak Piun dan bu Pinah. Pekerjaan pak Piun sehari-hari adalah bertani.
Setiap hari si Pitung membantu bapaknya menanam padi, memetik kelapa dan mencari rumput untuk pakan ternaknya. Si Pitung juga tak segan untuk membantu tetangganya yang memerlukan bantuan. Tiap hari si Pitung juga sangat rajin menunaikan sholat dan puasa, bapaknya juga selalu mengajarkan si Pitung untuk bertutur kata yang santun, dan patuh kepada orang tua.
Si Pitung dan keluarganya tinggal di kampung Rawabelong, daerah kebayoran. Daerah itu adalah bagian dari daerah kekuasaan tuan tanah yang bernama babah Liem Tjeng Soen,oleh karena itu semua warga yang tinggal di situ wajib membayar pajak kepada babah Liem. Hasil pajak tanah tersebut nantinya akan disetorkan kepada Belanda.
Dalam memungut pajak, babah Liem dibantu oleh anak buahnya yang berasal dari kalangan pribumi. Anak buah yang diangkat babah Liem adalah kaum pribumi yang pandai bersilat dan memainkan senjata. Tujuannya adalah supaya para penduduk tidak berani melawan dan membantah pada saat dipungut pajak.
Hingga pada suatu hari, saat si Pitung membantu bapaknya mengumpulkan hasil panen dari sawah. Sesampainya di rumah, betapa terkejutnya si Pitung melihat anak buah babah Liem sedang marah-marah kepada bapaknya. Si Pitung lalu menghampiri bapaknya, dan bertanya kepada anak buah babah Liem, “Hey, apa salah bapak saya?” “Tanya saja sama bapakmu ini!!”, jawab anak buah babah Liem.
Anak buah babah Liem lalu pergi dengan membawa semua hasil panen yang telah dikumpulakan si Pitung dan bapaknya. Dengan nada geram, si Pitung berbicara dalam hatinya, “Nantikan pembalasanku!!”
Hingga keesokan harinya saat si Pitung berjalan menyusuri kampung, dia melihat kesewenang-wenangan anak buah babah Liem lagi. Mereka merampas ayam, kambing, kelapa, dan padi dari penduduk, tanpa rasa iba.
Sebagai warga yang merasa bertanggung jawab atas keamanan, maka si Pitung tidak tinggal diam. Si Pitung lalu menghampiri anak buah babah Liem, lalu berteriak “Hentikan pengecut!! Kenapa kalian merampas harta orang lain?!”
Para anak buah babah Liem kemudian menoleh kearah si Pitung. “Siapa kamu ini, berani-beraninya mencegah kami? Kamu tidak tahu siapa kami ini?”,teriak anak buah babah Liem.
“Saya tidak peduli siapa kalian, tapi perbuatan kalian itu sangatlah kejam dan tidak berperi kemanusiaan!”, jawab si Pitung.
Mendengar perkataan si Pitung, pemimpin anak buah babah Liem menjadi geram. Ia lalu menghampiri si Pitung, dan menyerang sekenanya saja. Ia mengira bahwa Pitung akan mudah dirobohkan. Namun, di luar dugaannya, Pitung malah mencekal lengannya dan membantingnya ke tanah hingga pingsan. Anak buah babah Liem yang lain menghentikan kesibukan mereka dan mengepung Pitung. Dengan sigap Pitung menyerang lebih dulu. Ada lima orang yang mengeroyoknya. Satu demi satu ia hajar pelipis atau tulang kering mereka hingga mereka mengaduh kesakitan. Lalu mereka menggotong pimpinan centeng yang masih pingsan dan melarikan diri.
Sebelum pergi, mereka mengancam: “Awas, nanti kami laporkan Demang.”
Beberapa hari setelah peristiwa itu, nama Pitung menjadi pembicaraan di seluruh Kebayoran. Namun, Pitung tak gentar dan tetap bersikap tenang. Ia bahkan tidak menghindar kalau ada orang yang bertanya kepadanya tentang kejadian itu.
Suatu hari, Pak Piun menyuruh si Pitung menjual kambing ke Pasar Tanah Abang. Pak Piun sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Si Pitung pun pergi ke tanah abang untuk menjual dua kambingnya itu. Tanpa sepengetahuan si Pitung, ternyata ada satu orang anak buah babah Liem yang membuntutinya sejak berangkat dari rumah tadi. Hingga pada saat si Pitung mandi di sungai dan berwudhu, anak buah babah Liem tadi mencuri uang hasil penjualan kambing dari saku bajunya yang diletakkakn di pinggir sungai.
Sesampainya di rumah, si Pitung sangatlah kaget. Karena uang hasil penjualan kambing tidak ada di sakunya lagi. Dengan geram ia kembali ke Pasar Tanah Abang dan mencari orang yang telah mencuri uangnya. Setelah melakukan penyelidikan, ia menemukan orang itu. Orang itu sedang berkumpul di sebuah kedai kopi.
Si Pitung mendatanginya dan menghardik, “Kembalikan uangku!”
Salah seorang berkata sambil tertawa, “Kamu boleh ambil uang ini, tapi kamu harus menjadi anggota kami.”
“Tak sudi aku jadi anggota kalian,” jawab si Pitung.
Para anak buah babah Liem itu marah mendengar jawaban si Pitung. Serentak mereka menyerbu Pitung. Namun, yang mereka hadapi adalah Si Pitung dari Kampung Rawabelong yang pernah menghajar enam orang centeng Babah Liem sendirian. Akibatnya, satu demi satu mereka kena pukulan Si Pitung.
Sejak hari itu, Si Pitung memutuskan untuk membela orang-orang yang lemah. Ia tak tahan lagi melihat penderitaan rakyat jelata, yang ditindas tuan tanah dan dihisap oleh penjajah Belanda. Beberapa anak buah babah Liem yang pernah dihajarnya ada yang insyaf dan ia mengajak mereka untuk membentuk suatu kelompok. Bersama kelompoknya, ia merampoki rumah-rumah orang kaya dan membagi-bagikan harta rampasannya kepada orang-orang miskin dan lemah.

The Legend of Korra


The Legend of Korra is an American television series set in the Avatar universe as a spin-off of Avatar: The Last Airbender. The premiere aired on Nickelodeon on April 14, 2012. However, the first two episodes were first released online on March 24–25, 2012[6] and were available in high-definition for free on iTunes. The series is currently under production and is expected to run for two seasons and a total of twenty-six episodes,[5] with options for more.[7] The co-creators of the original series, Michael Dante DiMartino and Bryan Konietzko, will personally write all of the episodes to allow for a tighter storyline.
The new series takes place seventy years after the end of the Avatar: The Last Airbender story arc with new characters and settings.[5] The protagonist of the new series, Korra, the Avatar after Aang, is a hot-headed and rebellious young woman from the Southern Water Tribe who is "ready to take on the world".[8] The series will follow Korra as she faces an Anti-bending Revolution while mastering the art of airbending from Aang and Katara's son, Tenzin.
After the conclusion of the Hundred Year War, Aang and Zuko brought people from the four nations together and founded the United Republic of Nations, with its capital being Republic City, a large "metropolis powered by steampunk-type technology" such as cars and motorcycles.[9] Aang and Katara had three children, the youngest of which was Tenzin, the only airbender of the three siblings. Meanwhile, Toph Beifong traveled extensively to teach metalbending. After Aang's death in 153 ASC, the next Avatar, Korra, was born in the Southern Water Tribe.
At present time, seventy years after the end of the Hundred Year War, Korra, a rebellious seventeen year-old girl is set to complete her training and fulfill her role as the Avatar.[5][8] She has already mastered waterbending, earthbending, and firebending by then. At the beginning of the series, Korra travels to Republic City and starts her airbending training with Tenzin.[9][10] Tenzin himself is married to Pema. He has two daughters, Jinora, a "bookworm", and Ikki, a "motor-mouth", while Meelo, his first son, was his only son leading up to Episde 10, "Turning the Tides" , until Pema gave birth to another boy named Rohan .[11]
A view of Republic City, the main setting of the show.
However, Republic City is not what Korra imagined it to be. Anti-benders called "Equalists", who oppose the arts of bending, utilize techniques such as chi blocking to further their goals of revolution, led by Amon.[9] Korra must fight rampant crime and the Anti-bending Revolution, assisted by two brothers, Mako, a firebender, and Bolin, an earthbender. She is also joined by her animal guide, Naga, and the metalbending police force of Republic City, who are led by Toph's daughter, Lin Beifong.

Rabu, 27 Juni 2012

LUTUNG KASARUNG


Prabu Tapa Agung had led a kingdom in West Java for a long time. He was getting old and therefore wanted to choose a successor. But unfortunately, he had no son. He thought of choosing one of his daughters, Purbararang and Purbasari. But it wasn’t an easy choice. They were both very pretty and smart. The only difference was their temperament. Purbararang was rude and dishonest, while Purbasari was kind and caring. With those considerations, Prabu Tapa Agung finally chose Purbasari to be his successor.

Purbararang didn’t agree with her father’s decision. “It’s supposed to be me, Father. I’m the eldest daughter!” Purbararang said. Prabu Tapa Agung smiled. “Purbararang, to be a queen takes more than age. There are many other qualities that one must possess,” explained Prabu Tapa Agung wisely. “What does Purbasari have that I don’t?” Purbararang pouted. “You’ll find out when Purbasari has replaced me,” Prabu Tapa Agung answered.

After the discussion, Purbararang went back to her room. “Is there something wrong?” asked Indrajaya. Indrajaya is Purbararang’s future husband. “I’m upset! Father chose Purbasari as his successor and not me! I have to do something!” Purbararang said. Driven mad by her anger, she came to a witch and asked her to send rash all over Purbasari’s body. Before going to bed, Purbasari started to feel itch all over her body. She tried applying powder to her body, but it’s no use. Instead, the itching grew even worse. She didn’t want to scratch it, but she just couldn’t help it. In the next morning, there were scratch mark all over Purbasari’s body. “What happened to you?” asked Purbararang, pretending to be concerned. “I don’t know, sis. Last night, my body suddenly felt very itchy. I scratched and scratched, and this is what happened,” Purbasari answered. Purbararang shook her head. “You must have done something really awful. You’ve been punished by the gods!”

That day, the whole kingdom was scandalized. “What have you done, Purbasari?” demanded Prabu Tapa Agung. Purbasari shook her head. “I didn’t do anything that would upset the gods, Father,” she answered. “Then how can you explain what happened to your body?” Prabu Tapa Agung asked again. “If you don’t confess, I’ll banish you to the woods.” Purbasari took a deep breath. “Like I said before, I didn’t do anything wrong. And I’d rather be thrown into the woods than to confess to a deed I didn’t commit.”

After a short discussion with his advisor, Prabu Tapa Agung ordered Purbasari to be moved to the woods. Purbasari was very sad, but she couldn’t do anything to defy her father’s order. She was accompanied to the woods by a messenger. He built a simple hut for Purbasari. After the messenger left, suddenly a black monkey came to Purbasari’s hut. He carried a bunch of bananas. From behind him, some animals looked on. “Are the bananas for me?’ Purbasari asked. The black monkey nodded, as if he understood what Purbasari said. Purbasari took the bananas with pleasure. She also said thanks. The other animals that were looking on also seemed to smile. “Are you willing to be my friend?” Purbasari asked them. All the animals nodded happily. Although she was living by herself in the woods, Purbasari never lacked of supplies. Everyday, there were always animals bringing her fruits and fish to eat.

A long time had passed since Purbasari was banished to the woods, but her body still itched. At some places, her skin was even ulcerating. What am I supposed to do?” Purbasari sighed. The monkey who was sitting next to her stayed still, there were tears in his eyes. He hoped Purbasari would remain patient and strong.

One night, on a full moon, the monkey took Purbasari to a valley. There is a pond with hot spring water. The monkey suddenly spoke, “The water of this pond will heal your skin,” he said. Purbasari was surprised, ”You can talk? Who are you?” she asked. “You’ll find out, in time,” the monkey said. Purbasari didn’t want to force the monkey. She then walked to the pond. She bathed there. After a few hours, Purbasari walked out of the pond. She was shocked to see her face reflected on the clear pond water. Her face was beautiful again, with smooth and clean skin. Purbasari observed her entire body. There were no traces of any skin ailments. “I’m cured! I’m cured!” Purbasari shouted in joy. She quickly offered thanks to the gods and also to the monkey.

The news of Purbasari’s condition quickly spread to the kingdom, irritating Purbararang. She then accompanied by Indrajaya go to the woods to see Purbasari. Purbasari asked if she would be allowed to go home. Purbararang said she would let Purbasari return to the palace if Purbasari’s hair were longer than hers. Purbararang then let her hair down. It was so long, it almost touched the ground. But it turned out that Purbasari’s hair was twice longer than Purbararang’s hair.

“Fine, so your hair is longer than mine.” Purbararang admitted. “But there is one more condition you must fulfill, do you have a future husband who is handsomer than mine?” said Purbararang as she walked toward Indrajaya. Purbasari felt miserable. She didn’t have a future husband yet. So, without much thought, she pulled the black monkey beside her.

Purbararang and Indrajaya burst out, but their laughter didn’t last long. The monkey meditates and suddenly transformed into a very handsome young man, a lot more handsome than Indrajaya. “I’m a prince from a kingdom far away. I was cursed to be a monkey because of a mistake I committed. I could regain my true form only if there’s a girl who would be willing to be my wife,” said the young man.

Finally, Purbararang gave up. She accepted Purbasari as the queen, and also confessed everything she had done. “Please forgive me. Please don’t punish me,” Purbararang said, asking for forgiveness. Instead of being angry, Purbasari smiled. “I forgive you, sis,” she said. Soon after, Purbasari become queen. Beside her was the handsome prince, the former monkey known as Lutung Kasarung.

Source:
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/02/legenda-lutung-kasarung-dalam-bahasa.html#ixzz1yzZt9NmM

EXERCISE


EXERCISE:
Fill in the blanks with when, while, because, since, if, unless, before, after, wherever, although, so that, or as if.

1.   When Edison invented a lamp which conducted electricity, gas had been the chief means of lighting home and streets.
2.      I saw an old friend of mine while I was entering the building.
3.      Though his car was much too small, he decided to sell it.
4.      He won’t pass the examination unless he study harder.
5.      Wherever he went, he was warmly received.
6.      The executive acts, as if he owns the company.
7.      If I get the money on time, I can go on vacation.
8.      Although she spends a lot of money on clothes, they never seem to suit her.
9.      I have a lot of extra work to do because my assistant is on vacation.
10.  Since they moved into an expensive apartment, they have become very snobbish.
11.  When someone broke into her house and stole her jewelry, she was next door chatting with her neighbour.
12.  It’s because warm today so that I’m going to the beach.
13.  Though my uncle has worked hard all his life, he could never save up enough money to go on a long vacation.
14.  We will go to the theatre with you tonight if  we can get a baby-sitter.
15.  Don’t give this package to him before he sign a receipt for it.
16.  We’re as pleased with these new towels so that we’re going to buy some more.
17.  After Hitler believed that Germans were the master race, he set out to conquer all of Europe.
18.  When I was in South Africa last year, I learned to speak Spanish.
19.  He looks as if he hasn’t ever changed his clothes.
20.  Repairs will be made if they are necessary.

Kamis, 26 April 2012

50 Hal-hal aneh di Dunia


1. Queue adalah satu-satunya kata dalam bahasa Inggris yang dapat dibaca dengan cara yang sama ketika empat huruf terakhir dihilangkan.

2. Kumbang tu rasanya seperti apel, tawon seperti pine nuts (sejenis kacang), kalo cacing seperti daging babi goreng.

3. Dari seluruh kata dalam bahasa Inggris, kata ’set’ punya definisi paling banyak.

4. “French Kiss” kalo di Perancis namanya “English Kiss”

5. “Almost” adalah kata terpanjang dalam bahasa Inggris yang disusun mengikuti urutan Alfabet.

6. “Rhythm” adalah kata terpanjang dalam bahasa Inggris yang tidak ada huruf vokalnya

7. Tahun 1386, seekor babi dihukum gantung di depan publik di Perancis gara2 membunuh anak kecil

8. Kecoa bisa hidup selama beberapa minggu tanpa kepala

9. Tulang paha manusia lebih kuat daripada dinding semen.

10. Kita tidak bisa bunuh diri dengan cara menahan napas.

11. Di setiap benua pasti ada kota bernama “Rome”.

12. Jantung berdetak lebih dari 100.000 kali per hari.

13. Horatio Nelson, salah seorang Admiral (jenderal Angkatan Laut) legendaris di Inggris seumur hidupnya tidak pernah menemukan cara untuk menyembuhkan mabuk laut yang dideritanya.

14. Kerangka Jeremy Bentham selalu hadir di setiap pertemuan penting di University of London

15. Orang bertangan kanan rata2 hidup 9 tahun lebih lama dari yang kidal

16. Tulang iga kita bergerak sekitar 5 juta kali setahn, tiap kita bernapas!!

17. Gajah satu-satunya mamalia yang tidak bisa lompat

18. Seperempat tulang di tubuh kita ada di kaki

19. Sidik lidah tiap orang berbeda!

20. Transfusi darah pertama dilakukan tahun 1667, ketika Jean-Baptiste
mentransfusikan darah sebanyak 2 pint (kira2 1 liter) dari domba ke orang..

21.Kuku jari tangan tumbuh 4 kali lebih cepat dari kuku jari kaki

22.Debu di rumah paling banyak terbentuk dari sel kulit mati

23.Diperkirakan taun 2080 penduduk dunia bakal mencapai angka 15 miliar

24.Cewek mengedipkan mata 2 kali lebih banyak dari cowok

25.Adolf Hitler adalah seorang vegetarian dan cuman punya satu testis!

26.Madu adalah satu-satunya makanan yang tidak bisa basi.

27.Bulan yang dimulai dengan hari Minggu selalu punya “Friday the 13th.”

28.Coca-Cola kalau tidak pakai pewarna warnanya jadi hijau.

29.Rata-rata jantung landak berdetak 300 kali per menit

30.Lebih banyak orang terbunuh tiap tahun karena disengat lebah daripada digigit ular.

31.Sebatang isi pensil (pensil kayu) bisa dipake menulis sepanjang 35 mil atau menulis 50.000 kata

32.Alergi terhadap makanan/minuman yang paling banyak diderita orang adalah alergi terhadap susu sapi.

33.Onta punya 3 kelopak mata untuk melindungi matanya dari pasir gurun.

34.Posisi mata keledai memungkinkan keledai melihat keempat kakinya setiap saat.

35. 6 Bahasa resmi PBB: Inggris, Perancis, Arab, Mandarin, Rusia dan Spanyol.

36.Bumi atau “Earth” adalah satu-satunya planet di tata surya yang tidak
menggunakan nama dewa

37. Sendawa atau bersin di gereja di Nebraska, USA, adalah melanggar hukum

38. Kita dilahirkan dengan 300 tulang, tapi ketika dewasa tinggal 206.

39.Beberapa cacing akan makan dirinya sendiri kalau kelaperan dan tidak menemukan makanan.

40.Lumba-lumba tidur dengan satu mata terbuka

41.Tidak mungkin bersin dengan mata terbuka

42.Potongan permen karet di dunia tertua umurnya 9.000 tahun

43.Rekor penerbangan terlama seekor ayam adalah 13 detik

44.Queen Elizabeth I menyatakan bahwa dia adalah teladan kebersihan. Dia mandi 1 kali tiap 3 bulan, tidak peduli dia butuh atau tidak.

45.Bekicot (Slug) punya 4 hidung

46.Burung hantu adalah satu-satunya burung yang bisa melihat warna biru

47.Charles Osborne mengalami cegukan selama 69 tahun!

48.Jerapah bisa mengorek kuping sendiri dengan lidahnya yang panjangnya 21 inchi

49.Rata-rata tiap orang ketawa 10 kali sehari

50.Mata burung Onta lebih besar dari otaknya

Change the words in parentheses into noun clauses


1. ( Should we wait for him?) I wonder whether we should wait for him
2. ( Did she borrow your dictionary?) I want to know if she borrows your dictionary
3. ( Does she need any help?) I wonder if she needs any help or not
4. ( Is he having trouble?)  if he is having trouble is not surprising me
5. ( Does it belong to Jake?) I want to know if it belong to Jake
6. ( Is there life on other planets?) I wonder whether there is life on other planets or not
7. ( Will people live on the moon someday?) I wonder if people will  live on the moon someday
8. ( Is this information correct?) Could you tell me whether is this information correct
9. ( That dictionary is good?) I wonder whether dictionary that is good
10. ( Those glasses are expensive?) I don't know if those glasses are expensive


Kamis, 05 April 2012

Tugas Quoted speech & Reported speech bahasa Inggris 2


1. Ridho: "Where are you going on vacation?"
    Ribery: "I've gone on vacation to bali last december"

2. Bayu: "do you have homework that teacher gave yesterday?"
    Herman: "yes I know but I have not been working since last night fell asleep"

3. Ricky: "Is your mother still lives in Bandung? “
    Nina: "no, now she has been living in Jakarta"

4. Agnes: "I have never seen him before"
    Raka: "yes he is a new student here, just go to school yesterday"

5. I say if rina has written a letter to my mother yesterday

6. We asked where the person lived

7. Tari said that if the weather is pretty bad

8. Ikbal: "I never saw your cousins ​​since last month?"
    Rudi: "he had long ago moved house since 2009"

9. Chandra said he was not welcome to stay at home

10. Ramires told me that he had no money

Nama : Andi Revikanz Ardi
Kelas : 1EA12
NPM: 10211744
Universitas Gunadarma